kampunggelgel 15/09/2024. Kesenian rudat tidak bisa dipisahkan dari sejarah keberadaan muslim pertama di Bali sekitar abad ke 15 yakni muslim Kampung Gelgel. Keberadaan penduduk muslim di Desa Kampung Gelgel berawal dari 40 orang prajurit yang merupakan pengiring/tatadan Raja Klungkung ketika pulang dari Jawa setelah menghadiri pertemuan raja-raja Nusantara. 40 orang prajurit yang dibawa dari Jawa tersebut semuanya beragama Islam. Sesuai dengan tugas sebagai seorang prajurit, mereka pun menjadi abdi Dalem yang bertugas melindungi raja. Mereka semua diberikan tempat tinggal di Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari pusat kerajaan Gelgel ( Klungkung ). Ini menandakan begitu dekatnya hubungan raja dengan 40 orang prajurit tersebut. Bahkan mereka sudah dianggap layaknya saudara, semeton selam. Seiring dengan perjalanan waktu, Kampung Gelgel mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun aktivitas. Mereka mengembangkan aktivitas di berbagai sektor seperti keagamaan, ekonomi, dan seni budaya. Salah satu seni budaya yang dikembangkan oleh para leluhur Kampung Gelgel yang merupakan titisan darah prajurit adalah Seni Rudat. Sejatinya, Seni Rudat menggambarkan barisan tentara / prajurit Islam menuju medan juang untuk membela kebenaran mengusir penjajah dari bumi Nusantara. Barisan Rudat tersebut terdiri dari komandan, pengawal / kepala baris, pasukan, solis / penyanyi, dan penabuh. Seni Rudat merupakan harmonisasi seni gerak, seni suara, dan seni tabuh. Sarat dengan nilai-nilai yang memadukan nilai religius, nilai etika, nilai estetika, nilai patriotisme, nilai kebersamaan dan kerukunan. Kesenian rudat tidak bisa dipisahkan dari sejarah keberadaan muslim pertama di Bali sekitar abad ke 15 yakni muslim Kampung Gelgel. Keberadaan penduduk muslim di Desa Kampung Gelgel berawal dari 40 orang prajurit yang merupakan pengiring/tatadan Raja Klungkung ketika pulang dari Jawa setelah menghadiri pertemuan raja-raja Nusantara. 40 orang prajurit yang dibawa dari Jawa tersebut semuanya beragama Islam. Sesuai dengan tugas sebagai seorang prajurit, mereka pun menjadi abdi Dalem yang bertugas melindungi raja. Mereka semua diberikan tempat tinggal di Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari pusat kerajaan Gelgel ( Klungkung ). Ini menandakan begitu dekatnya hubungan raja dengan 40 orang prajurit tersebut. Bahkan mereka sudah dianggap layaknya saudara, semeton selam. Seiring dengan perjalanan waktu, Kampung Gelgel mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun aktivitas. Mereka mengembangkan aktivitas di berbagai sektor seperti keagamaan, ekonomi, dan seni budaya. Salah satu seni budaya yang dikembangkan oleh para leluhur Kampung Gelgel yang merupakan titisan darah prajurit adalah Seni Rudat. Sejatinya, Seni Rudat menggambarkan barisan tentara / prajurit Islam menuju medan juang untuk membela kebenaran mengusir penjajah dari bumi Nusantara. Barisan Rudat tersebut terdiri dari komandan, pengawal / kepala baris, pasukan, solis / penyanyi, dan penabuh. Seni Rudat merupakan harmonisasi seni gerak, seni suara, dan seni tabuh. Sarat dengan nilai-nilai yang memadukan nilai religius, nilai etika, nilai estetika, nilai patriotisme, nilai kebersamaan dan kerukunan.